Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Pengobatan Homeopathy

Keutamaan Mengikuti Ajaran Rasulullah S.a.w.

Pada tingkat pemahaman yang sempurna, Islam bukanlah hanya semata istilah tetapi merupakan pencapaian semua realitas tersebut di atas dimana batin manusia akan menyungkurkan diri dihadapan Ketauhidan Ilahi.
Setelah itu maka dari kedua sisi akan terlontar kata-kata: “Apa pun yang menjadi milikku adalah milikmu juga.”. Yang dimaksud, ketika batin manusia berseru dan mengakui: “Ya Allah, apa pun milikku adalah kepunyaan-Mu”. sedangkan Tuhan akan berfirman memberitahukan: “Wahai hamba-Ku, langit dan bumi yang beserta-Ku adalah besertamu juga.”. Tingkatan ini diindikasikan dalam ayat:

“Hai hamba-hamba-Ku yang telah berdosa terhadap jiwa mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa akan rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa”. (S.39 Az-Zumar:54).

Dalam ayat tersebut tidak digunakan kata “Hai hamba-hamba Allah”. melainkan digunakan kata “Hai hamba-hamba-Ku.”. Ayat ini diwahyukan dalam bentuknya tersebut agar manusia mengerti bahwa Allah bermaksud memberitahukan kabar gembira tentang adanya rahmat tanpa batas dan dengan demikian bisa menghibur hati mereka yang telah patah karena dosa-dosanya. Dengan demikian Allah yang Maha Agung bermaksud memperlihatkan contoh dari rahmat-Nya dan memanifestasikan seberapa jauh Dia akan mengagungkan seorang hamba yang setia dengan berkat-berkat khusus. Dengan menggunakan kata-kata “Hai hamba-hamba-Ku”. sebenarnya Tuhan bermaksud mengutara¬kan: “Tengoklah Rasul-Ku yang tercinta dan lihat betapa tingginya derajat yang telah dicapainya berkat kepatuhannya yang sempurna kepada-Ku sehingga sekarang ini apa yang menjadi milik-Ku adalah juga menjadi miliknya. Siapa yang menginginkan keselamatan, sepatutnya menjadi hambanya juga, dengan pengertian bahwa mereka harus mematuhinya secara sempurna sebagaimana laku seorang hamba. Maka semua dosa-dosanya akan diampuni.”.

Perkataan “abd”. dalam istilah bahasa Arab berarti hamba sahaya seperti yang diungkapkan dalam ayat:

“Sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik”. (S.2 Al-Baqarah:222).
Pada ayat di muka itu telah dikemukakan bahwa ia yang mengharapkan keselamatan, agar menciptakan hubungan sebagai hamba sahaya kepada Rasul ini, dengan pengertian bahwa ia tidak akan melanggar semua perintah beliau dan mengikatkan dirinya sebagaimana seorang sahaya terikat kepada majikannya, barulah ia akan mendapatkan keselamatan. Kita patut mengasihani mereka yang berhati gelap yang membenci nama-nama seperti Ghulam Nabi, Ghulam Rasul, Ghulam Mustafa, Ghulam Ahmad dan Ghulam Muhammad karena menganggapnya sebagai menyekutukan Rasulullah dengan Allah s.w.t. padahal nama-nama itu sebenarnya menggambarkan keberkatan. Sebagaimana seorang “abd”. mengimplikasikan bahwa seseorang yang bernama demikian harus membatasi diri dari segala kemerdekaan dan hanya patuh sepenuhnya kepada majikannya saja, karena itulah para pencari kebenaran yang mencari keselamatan, dianjurkan untuk menyesuaikan dirinya pada kondisi demikian itu. Ayat ini memiliki konotasi yang sama dengan ayat:

“Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, kemudian Allah pun akan mencintaimu dan akan mengampuni dosa-dosamu”“. (S.3 Ali Imran:32).

Menjadi pengikut yang sempurna menuntut adanya pengabdian dan kepatuhan sepenuhnya sebagaimana terkandung dalam perkataan “abd.”. Ayat yang menyatakan “Hai hamba-hamba-Ku”. secara intinya bermakna: “Wahai para pengikut-Ku yang bergelimang dosa, janganlah kalian berputus asa akan rahmat Allah karena Allah, berkat kalian mengikut padaku, akan mengampuni dosa-dosa kalian.”. Allah tidak akan memaafkan para penyembah berhala dan orang-orang kafir jika mereka tidak beriman dan mengikuti Hadzrat Rasululllah s.a.w. Dalam ayat tersebut tersirat bahwa para sahaya yang tulus dari Rasulullah s.a.w. akan memperoleh karunia Nur keimanan, kecintaan dan semangat yang akan menyelamatkan mereka dari segala sesuatu yang menyekutukan Allah, dan mereka akan dibebaskan dari dosa-dosa serta dikaruniai dengan kehidupan yang suci di dunia ini, bebas dari kuburan gelap nafsu-nafsu manusiawi. Hal ini diindikasikan dalam sebuah Hadith (Bukhari):
اناالحاش الذ ى يحشرالناس على قد مى
“Aku adalah yang membangkitkan kembali dan dengan mengikuti aku maka orang-orang akan dibangkitkan.”.
Kitab Suci Al-Qur’an penuh dengan idiom yang menyatakan bahwa dunia ini sebenarnya sudah mati dan Allah yang Maha Agung telah menghidupkannya kembali dengan menurunkan Hadzrat Rasulullah s.a.w. sebagaimana dinyatakan:

“Ketahuilah bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya”. (S.57 Al-Hadid:18).
Begitu pula mengenai para sahabat Rasulullah s.a.w. dikatakan:

“Dia telah meneguhkan mereka dengan ilham dari Dia Sendiri”. (S.58 Al-Mujadilah:23).
Ilham atau wahyu amat membantu dalam menghidupkan kembali batin seorang manusia dan menyelamatkannya dari kematian ruhani serta memberikan seseorang indra yang pasti dan pengetahuan yang murni yang bisa membawa manusia kepada kedekatan dengan Tuhan-nya. Pengetahuan atas mana didasarkan keselamatan ruhani tidak bisa didapat begitu saja tanpa kedekatan dengan jiwa yang diberkati rohul kudus. Kitab Al-Qur’an menegas¬kan bahwa kehidupan ruhaniah hanya mungkin diperoleh dengan cara mengikut pada Hadzrat Rasulullah s.a.w. sedangkan mereka yang menolak beliau sesungguhnya berada dalam keadaan mati.

Yang dimaksud dengan kehidupan ruhaniah adalah kemampuan intelektual dan indra yang aktif yang dihidupkan oleh rohul kudus. Kitab Al-Qur’an mengemukakan ada enam ratus kaidah Ilahi yang harus diikuti oleh manusia. Sejalan dengan itu maka sayap malaikat Jibrail pun terdiri dari enam ratus pula. Sebelum telur kemanusiaan diletakkan di bawah sayap Jibrail yang bermakna enam ratus kaidah demikian maka belum atau tidak akan dilahirkan seorang bayi yang sepenuhnya fana kepada Ilahi.
Realitas manusia sebenarnya memiliki kapasitas dari enam ratus telur. Seseorang yang enam ratus telurnya dierami oleh enam ratus sayap sifat dari Jibrail adalah seorang yang sempurna dengan kelahiran ruhaniah yang sempurna dan yang hidupnya menjadi sempurna. Kalau saja manusia mau memperhatikan maka ia akan melihat bahwa kelahiran ruhaniah dari telur inti kemanusiaan sebagai hasil dari kepatuhan kepada Rasulullah s.a.w. adalah yang sebenarnya berasal dari rohul kudus dan mereka ini jauh lebih sempurna dan lengkap dibanding anak-anak keruhanian dari Nabi-nabi lainnya. Hal ini diindikasikan dalam ayat:

“Kamu adalah umat terbaik, dibangkitkan demi kebaikan umat manusia”. (S.3 Ali Imran:111). (Ayena Kamalati Islam, Qadian, Riyadh Hind Press, 1893; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 5, hal. 186-197, London, 1984).
* * *
Kebangkitan Ketauhidan melalui Rasulullah s.a.w.
Hadzrat Rasulullah s.a.w. diutus ke dunia agar beliau mengaruniakan pendengaran kepada manusia yang dilanda ketulian sesudah beberapa ratus tahun. Siapakah yang dimaksud sebagai orang buta atau yang tuli? Mereka adalah manusia yang tidak mengakui Ketauhidan Ilahi dan mereka yang menolak Rasul yang telah membangkitkan kembali Ketauhidan Ilahi di muka bumi. Beliau adalah Rasul yang telah mengubah orang-orang liar menjadi manusia untuk kemudian mengangkat derajat mereka sebagai manusia yang berakhlak baik, lalu mewarnai mereka dengan warna-warna Ilahi dari sosok manusia yang dekat kepada Tuhan. Beliau itulah Rasul yang menjadi matahari kebenaran, di kaki siapa ribuan orang-orang yang batinnya telah mati karena paganisme, atheisme dan kehidupan dosa, kemudian dibangkitkan. Apa yang dilakukannya tidak semata hanya bicara seperti halnya yang dilakukan Isa a.s. Rasul yang muncul di Mekah itu telah mengebaskan kegelapan mengenai hubungan dengan Tuhan dan penyembahan makhluk hidup. Beliau itulah terang dunia sesungguhnya, yang menemukan kegelapan di dunia dan mengaruniakan Nur yang telah merubah malam gelap menjadi siang terang. Bagaimana bentuk dunia sebelum kedatangan beliau serta bagaimana akhirnya setelah itu? Ini bukanlah suatu pertanyaan yang sulit dijawab.
Jika kita beriman maka nurani kita akan mengingatkan bahwa sebelum turunnya wujud yang mulia itu, nyatanya kebesaran Tuhan telah dilupakan manusia di semua negeri dan keimanan manusia telah dialihkan kepada dewa-dewa, batu, bintang-bintang, pohon, hewan dan bahkan manusia lainnya dimana makhluk-makhluk rendah demikian ditempatkan dimana seharusnya hanya berada Keagungan dan Kesucian Allah s.w.t. Kalau memang benar bahwa manusia, hewan dan bintang-bintang itu memang Tuhan adanya, termasuk Yesus, maka Rasul ini tidak diperlukan. Kalau mereka nyatanya bukanlah Tuhan maka pengakuan yang dinyatakan oleh penghulu kita Muhammad s.a.w. di bukit kota Mekah memiliki Nur yang menyertainya. Apakah pengakuan tersebut?
Pengakuan itu adalah karena Tuhan melihat betapa dunia ini sudah tenggelam dalam kegelapan dan telah menyekutukan Tuhan maka Dia telah mengutus beliau untuk mengusir kegelapan. Hal itu tidak semata berhenti pada pengakuan saja, tetapi Rasul yang diridhoi Allah s.w.t. tersebut sepenuhnya telah menegakkan pengakuan itu. Kalau keunggulan seorang Nabi bisa ditetapkan dengan cara demikian sehingga nyata bahwa kasihnya jauh melampaui kasih Nabi-nabi lain, maka wahai manusia, sepatutnya kalian bangkit dan bersaksi bahwa dalam hal ini Muhammad s.a.w. tidak ada padanannya di muka bumi. Masih ada saja para penyembah berhala yang buta yang belum mengakui beribu contoh-contoh kasih kemanusiaan yang telah dikemukakan oleh Rasul Akbar ini. Aku sendiri meyakini bahwa sudah tiba waktunya bagi Nabi Suci ini untuk dikenal manusia. Silahkan kalian catat pernyataanku bahwa mulai sekarang ini penyembahan seorang yang sudah mati akan mulai menurun sampai suatu hari nanti pupus sama sekali.

Apakah manusia mau mengangkat dirinya melawan Tuhan? Mungkinkah senoktah makhluk tidak berarti mencoba menrancukan rencana Tuhan? Mungkinkah rencana manusia maya ini mempengaruhi kaidah Ilahi? Wahai kalian yang bertelinga, dengarlah, dan kalian yang berpikir, renungkanlah dan ingat bahwa kebenaran akan dinyatakan dan beliau yang menjadi Nur yang sesungguhnya akan berkilau sepenuhnya. (Majmua Ishtiharat, vol. 22, hal. 67-68).
* * *
Menurut pengalaman pribadiku, kepatuhan kepada Hadzrat Rasulullah s.a.w. dengan kecintaan dan ketulusan hati, pada akhirnya akan menjadikan seseorang dicintai oleh Allah s.w.t. Tuhan akan menciptakan kecintaan kepada Wujud-Nya di dalam kalbu yang bersangkutan sehingga ia akan menarik diri dari segalanya dan condong sepenuhnya kepada Allah s.w.t. dengan segala kecintaan dan hasrat. Pada saat itu akan turun manifestasi kasih Ilahi ke atas dirinya yang akan mewarnai kalbunya dengan kecintaan dan pengabdian kepada Wujud-Nya dengan kekuatan akbar. Ia kemudian akan mengalahkan semua hasrat-hasrat pribadinya dan dari segala penjuru akan muncul tanda-tanda ajaib dari Allah yang Maha Kuasa yang akan membantu dan menolongnya. (Haqiqatul Wahi, Qadian, Magazine Press, 1907; sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 22, hal. 67-68, London, 1984).
* * *
Aku telah menyaksikan bahwa dengan membaca salawat bagi Nabi Suci s.a.w. maka rahmat Ilahi berbentuk Nur akan menyinar menuju Hadzrat Rasulullah s.a.w. yang kemudian diserap oleh dada beliau, dan dari sana lalu muncul pancaran arus sinar ke arah manusia-manusia yang patut menerimanya sesuai kemampuannya masing-masing. Sesungguhnya tidak ada rahmat yang bisa mencapai siapa pun tanpa melalui perantaraan Hadzrat Rasulullah s.a.w. Memohonkan salawat atas beliau akan menggerakkan Arasy Ilahi dari mana Nur itu bersumber. Barangsiapa mengharapkan rahmat dari Allah yang Maha Agung, sewajarnya selalu menyampaikan salawat bagi beliau dengan rajin agar rahmat tersebut tergerak baginya. (Al-Hakam, 28 Pebruari 1903, hal. 7).
* * *
Suatu malam, hamba yang lemah ini membaca salawat bagi Hadzrat Rasulullah s.a.w. sedemikian rupa sehingga hati dan jiwaku dipenuhi wewangiannya. Malam itu aku melihat dalam ru”.ya beberapa malaikat membawa kantung-kantung air yang penuh dengan Nur ke dalam rumahku dan salah seorang dari mereka berkata kepadaku: “Semua ini adalah salawat yang engkau mintakan bagi Muhammad s.a.w.”. (Barahin Ahmadiyah, sekarang dicetak dalam Ruhani Khazain, vol. 1, hal. 598, London, 1984)

1 komentar:

Sains


Dakwah Islam Di Eropa oleh Jamaat Ahmadiyah